(0232) 875847 [email protected]

 

ICOPH adalah konferensi internasional yang membahas berbagai bidang ilmu kesehatan yang mengundang para akademisi, peneliti, mahasiswa dan praktisi kesehatan baik dari institusi kesehatan pemerintah maupun swasta untuk bertemu dan bertukar ide serta mendiskusikan isu-isu kesehatan diantaranya occupational and environmental health, child health, health care systems, infectious diseases dan preventive health care.

 

Acara berlangsung pada tanggal 27-29 Juli 2017. Bertempat di di Hotel Armad Petaling Jaya, Kuala Lumpur Malaysia yang dihadiri oleh  270 peserta dari 37 negara. Pada kesempatan ini Nissa Noor A., S.KM., MKM., mepresentasikan hasil penelitiannya dengan judul Hubungan Kadar Timbal Dalam Darah Dengan Eritrosit Berbintik Basofilik pada Anak. Variabel independen yang diteliti adalah kadar timbal dalam darah, variabel confounding terdiri dari asupan gizi (zat besi, protein, kalsium, kalium), status gizi, tingkat pendapatan keluarga dan pendidikan orangtua, sedangkan variabel dependen adalah eritrosit bebrintik basofilik.

 

Dalam presentasinya beliau memaparkan dari 103 anak (terdiri dari 43 laki-laki dan 60 perempuan) dengan usia rata 11,27±1,03 tahun di Desa Cinangka, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor yang menjadi sampel penelitian diketahui rata-rata kadar timbal dalam darahnya mencapai 14,70 µg/dl. Hal tersebut menunjukkan angka tersebut lebih besar dari NAB (Nilai Ambanga Batas) yang telah ditetapkan oleh WHO (10 µg/dl) dan CDC (5 µg/dl). Kadar timbal terendah sebesar 0,05 µg/dl dan kadar timbal dalam darah tertinggi 52,11 µg/dl.

 

Hasil penelitian menunjukkan 61,2% anak memiliki kadar timbal dalam darah tinggi (>10 µg/dl) dan 62,1% anak memiliki eritrosit berbintik basofilik. Analisis statistik bivariat dengan uji chi square menunjukkan variabel kadar timbal dalam darah dan tingkat pendidikan ibu memiliki hubungan yang sifnifikan dengan eritrosit berbintik basofilik. Sel basofilik terbentuk sebagai bagian dari gangguan metabolik dari pembentukan Hb merupakan tanda-tanda keracunan timbal meski umumnya tidak menimbulkan gejala (asimtomatik). Mengingat pajanan timbal yang berlangsung lama dapat mengakibatkan gangguan berbagai sistem organ, maka diperlukan penelitian lebih lanjut terkait dampak pajanan timbal seperti pada penurunan IQ, hiperaktivitas pada anak atau penelitian mengenai kadar corproporfirin dalam urin sebagai indikator pajanan timbal serta penelitian genetik untuk mengetahui kadar δ-aminolevulinat (δ-ALA).

 

Kegiatan ini merupakan kesekian kalinya bagi dosen Prodi Kesmas dapat berperan aktif dalam kegiatan konferensi internasional. Harapannya dengan mengikuti acara ini dapat menambah wawasan tentang isu-isu kesehatan terkini berdasarkan hasil riset dari berbagai negara dan mampu mendiskusikan isu-isu kesehatan global.