(0232) 875847 [email protected]

Sebagai salah satu bentuk kegiatan praktik dari matakuliah Managemen Bencana atau Disaster Management yang diselenggarakan pada Semester 7, 78 orang mahasiswa keperawatan STIKKU hari ini (Selasa, 21 Februari 2017) diberikan pelatihan langsung oleh para instruktur terlatih dari Badan SAR terkait Water Rescue dan Vertical Rescue di Balongdalem, Jalaksana Kuningan. Tujuan pelatihan ini adalah untuk meningkatkan keterampilan mahasiswa keperawatan sebagai bagian dari anggota masyarakat dalam melakukan tindakan penyelematan korban akibat bencana alam banjir atau gempa bumi. Para mahasiswa keperawatan wajib memiliki kesiapan untuk diterjunkan sebagai bagian dari tim yang berperan dalam evakuasi korban saat bencana alam terjadi, karena setiap saat bencana alam itu bisa saja terjadi apalagi kita berada di wilayah Ciayumajakuning yang sebagian besar merupakan daerah yang rawan bencana alam. Seperti telah kita ketahui bersama, beberapa bulan dan minggu yang lalu di Kuningan sendiri telah terjadi bencana longsor di satu wilayah di Kecamatan Ciwaru, disusul kemudian di Ciniru, kemudian terjadi banjir bandang di Kecamatan Cibingbin, beberapa hari lalu telah terjadi banjir di wilayah Cilimus dan Pancalang, kemudian di wilayah Kabupaten Cirebon dan Brebes. Setahun ke belakang di wilayah Majalengka juga terjadi bencana alam longsor dan retakan tanah sehingga menyebabkan ratusan rumah di satu desa hancur dan mengharuskan terjadi relokasi semua penduduk di wilayah itu. Intinya bahwa setiap saat natural disaster itu bisa terjadi kapan saja, apalagi seperti saat ini saat curah hujan sedang tinggi-tingginya.

Ketua Panitia pelatihan Ns. Aria Pranatha, S.Kep. M.Kep. lebih lanjut menjelaskan bahwa pelatihan ini dilaksanakan selama 2 hari yakni hari kemarin di dalam kelas dan hari ini langsung diterjunkan praktik di lapangan. Sesuai dengan visi Prodi Keperawatan STIKKU dengan keunggulan pada Keperawatan Komunitas maka manajemen keperawatan bencana ini merupakan salah satu bagian dari Keperawatan Komunitas juga. Dengan demikian kegiatan seperti ini diharapkan bisa menjadi pembeda bagi lulusan kita ke depan. Di tahap akademik, mahasiswa baru diberi pelatihan saja, namun nanti di pendidikan tahap profesi mahasiswa akan langsung diterjunkan ke daerah rawan bencana atau bahkan ke daerah bencana untuk melakukan pengelolaan keperawatan bencana secara langsung, baik dari aspek mitigasi, pencegahan, pendidikan & pelatihan, maupun pada aspek perawatan korban, trauma healing, dan upaya rehabilitasi korban pascabencana. Dengan demikian diharapkan selama masa pendidikan ini mahasiswa kita memiliki kompetensi unggulan dalam Manajemen Bencana lebih baik. Saat ditanyakan kesan kepada salah satu peserta pelatihan, Ilham menyatakan sangat senang dengan kegiatan seperti ini sehingga dia menjadi lebih paham aplikasinya dalam penanganan bencana di air misalnya. Ilham menyarankan agar kegiatan seperti ini dilakukan sejak awal masuk menjadi mahasiswa keperawatan hingga di tahap akhir sehingga mahasiswa STIKKU benar-benar siap dan terlatih untuk menjadi bagian dari tim yang bisa diandalkan saat terjadi bencana alam.