(0232) 875847 [email protected]

Bertempat di Hotel Horison Tirta Sanita Sangkanhurip Kuningan, Bupati Kuningan H. Acep Purnama, SH. MH telah mengukuhkan Tim Trauma Centre dan Tim Kajian Kebutuhan Pascabencana (JATUPASNA) BPBD Kabupaten Kuningan pada hari Selasa, 14 Maret 2017 kemarin. Dalam sambutannya Bupati menegaskan bahwa pembentukan kedua tim ini merupakan yang pertama dari seluruh BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) yang ada di seluruh Indonesia. Hal itu beliau tegaskan setelah mendapatkan konfirmasi dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Karena itu, Kabupaten Kuningan yang akhir-akhir ini sering dilanda bencana alam, khususnya longsor dan saat ini banjir harus mengantisipasi sejak dini. Tim Trauma Centre yang dibentuk melibatkan banyak pihak di antaranya 10 orang mahasiswa STIKKU yang sudah mendapat pelatihan tahap pertama, 1 orang dosen tetap STIKKU yaitu Ns. Asmadi, S.Kep. M.Kep. Sp.Kom sebagai dosen dalam bidang keahlian keperawatan komunitas khususnya dalam kebencanaan, dan 1 orang alumni STIKKU yang saat ini bertugas di UPTD Puskesmas Cilimus yaitu Wardoyo Ismail serta beberapa orang dari KSR UNIKU, dan PMI Kabupaten Kuningan.

Ketua STIKKU yang juga ikut hadir dalam acara pengukuhan tersebut mengungkapkan rasa syukur dan bangganya bahwa sivitas akademikanya senantiasa aktif terlibat dan berkontribusi dalam kemajuan daerah khususnya dalam upaya pemulihan psikologis para korban dan  penyintas bencana alam yang kadangkala terabaikan. Bayangkan para korban bencana alam itu pada tahap sebelum bencana alam terjadi mereka hidup normal seperti kita, namun dengan datangnya bencana alam apapun bentuknya bisa jadi mereka kehilangan anggota keluarga terdekat mereka, mereka kehilangan semua harta benda yang selama ini mereka kumpulkan dengan penuh jerih payah baik rumah maupun kekayaan lainnya, mereka berada di pengungsian sehingga tidak mungkin dalam waktu cepat melakukan kehidupan normal seperti keadaan sebelum bencana. Hal-hal inilah yang kemudian akan menjadi stressor hebat yang pada akhirnya akan menjadi faktor risiko hadirnya gangguan jiwa seperti Post-Traumatic Stress Disorders (PTSD), depresi, ansietas atau kecemasan, atau bahkan bisa saja tiba-tiba fobia air misalnya karena bencana banjir bandang, dan masih banyak gangguang-gangguan psikosomatis lainnya yang mungkin timbul. Nah, siapa yang harus bertanggung jawab dalam memulihkan kondisi kejiwaan mereka? Dengan hadirnya Tim Trauma Center inilah diharapkan sebagai relawan mereka mampu meringankan beban-beban psikologis para korban dan penyintas bencana alam. Di sinilah sivitas akademika dan alumni STIKKU bisa berkontribusi.

Setelah pengukuhan selesai, acara dilanjutkan dengan pelatihan Tim Trauma Centre dan Tim JATUPASNA oleh para narasumber/ahli dari Tim Pengkajian Bencana Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial Bandung selama 4 hari.